Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma Shalli Ala Habibika sayyidina Muhammad Wa 'Ala Alih
Imam An- Nawawi Beliau adalah Al-Imam al-Allamah Abu Zakaria Muhyuddin bin Syaraf an-Nawawi ad-Dimasyqi (الإمام العلامة أبو زكريا محيي الدين بن شرف النووي الدمشقي), atau lebih dikenal sebagai Imam Nawawi, adalah salah seorang ulama besar mazhab Syafi'i.
Ketika berumur sepuluh tahun, Syaikh Yasin bin Yusuf Az-Zarkasyi melihatnya dipaksa bermain oleh teman-teman sebayanya, namun ia menghindar, menolak dan menangis karena paksaan tersebut. Syaikh ini berkata bahwa anak ini diharapkan akan menjadi orang paling pintar dan paling zuhud pada masanya dan bisa memberikan manfaat yang besar kepada umat Islam. Perhatian ayah dan guru beliaupun menjadi semakin besar.
Nama imam an Nawawi ra.h tidak asing lagi di telinga para pencari ilmu, maupun para santri, beliau adalah salah satu imam besar serta orang yang berjasa besar dalam islam terutama dalam bidang Fiqh dan Hadis, betapa banyaknya karya beliau yang menandakan keluasan ilmu dan kedalaman pemahaman beliau , Rasanya , akan habis kata kata untuk menjelaskan kewara'an kemuliaan imam kita yang satu ini.
Hidup beliau hanya untuk Allah melalui ilmunya, Dikisahkan bahwa beliau sangat jarang tidur, kecuali dalam tumpukan tumpukan bukunya, bahkan , dikisahkan juga bahwa beliau selalu berpuasa, makanannya adalah Roti keras dan segelas air putih per harinya, beliau menghindari memakan buah buahan karena takut buah buahannya berasal dari kebun yang Subhat ( pada masa itu banyak terjadi kesewenang wenangan dalam kepemilikan tanah ) dan beliau juga meninggalkan memakan Yang manis manis dan minuman seperti Susu , karena takut terlena akan hal hal yang demikian (Wallahu a'lam )
Dikisahkan juga , beliau tidak pernah menerima gaji gajinya , melainkan ia kumpulkan dan titipkan kepada kepala madrasah lalu membeli buku dengan gaji tersebut dan menginfakkannya. Beliau diberi gelar Al Muhyiddin ( Orang yang menghidupkan Agama ) , Akan tetapi , beliau tidak menyukai gelar tersebut dan tidak akan memaafkan orang yang memberikan gelar tersebut, Karena menurutnya Agama Islam itu adalah agama yang sudah hidup dan tidak perlu ada orang yang menghidupkannya. Begitulah kesederhanaan , Ke-Tawadhuan , Kearifan, dan Kealiman Beliau, Semoga allah merahmatinya
Selain Hadis Arbain An Nawawi , Karya Besarnya ialah Riyadush shalihin , dan yang paling fenomenal Adalah kitab Syarh Al Muhadzzab , Sayangnya beliau meninggal sebelum menyelesaikan Syarahannya , Semoga Allah Merahmati beliau.
Sedangkan Ibnu Aqil adalah seorang imam, ulama yang tak kalah hebat dari imam An Nawawi, seorang ulama madzhab Hanbali, Nama lengkapnya ialah Abu Al Wafa‘ Ali bin Aqil bin Muhammad Al Baghdadi Al Hanbali, seorang penulis kitab. Dia tinggal di daerah
Azh-Zhafariyah dan Dia lahir pada tahun 431 H.
Dia seorang yang cerdas, lautan ilmu dan penuh kemuliaan. Pada zamannya, dia tidak ada tandingannya. Dia menulis komentar terhadap kitab Al Funun lebih dari empat ratus jilid. Di dalam komentarnya itu, dia menekankan kejadian yang dia alami bersama orang-orang mulia, murid-muridnya, kejadian-kejadian kecil dan penuh teka-teki dan keajaiban yang dia dengar.
Azh-Zhafariyah dan Dia lahir pada tahun 431 H.
Dia seorang yang cerdas, lautan ilmu dan penuh kemuliaan. Pada zamannya, dia tidak ada tandingannya. Dia menulis komentar terhadap kitab Al Funun lebih dari empat ratus jilid. Di dalam komentarnya itu, dia menekankan kejadian yang dia alami bersama orang-orang mulia, murid-muridnya, kejadian-kejadian kecil dan penuh teka-teki dan keajaiban yang dia dengar.
Ibnu Aqil berkata, “Allah telah menjagaku pada masa remaja dari berbagai hal; menjagaku dari kekeliruan dan menjagaku untuk selalu cinta dengan ilmu. Aku tidak pernah bergaul dengan orang yang suka bermain. Aku hanya bergaul dengan para penuntut ilmu sepertiku. Pada waktu aku umur delapan puluhan kecintaanku terhadap ilmu lebih besar daripada ketika aku berumur dua puluh tahun. Aku baligh pada umur dua belas tahun. dan sekarang aku tidak menemukan kekurangan dalam benak, pikiran, hafalan dan ketajaman mataku dalam melihat bulan yang samar kecuali ketika kekuatanku melemah.”
0 Response to "Baca Online 1-42 Hadis Arba'in An-Nawawi Syarh Ibnu Aqil"
Posting Komentar